28 April 2017

Sejarah Tampilan Plasma

Tampilan plasma adalah sebuah tampilan layar datar emisif di mana cahaya dihasilkan oleh phosphor yang tereksitasi oleh sebuah pelepasan muatan plasma antara dua layar datar gelas. Gas yang dilepas muatannya tidak mengandung merkuri (berlawanan dengan AMLCD); sebuah campuran gas mulia (neon dan xenon) digunakan. Campuran gas ini adalah inert dan seluruhnya tidak berbahaya.

Sejarah Tampilan Plasma

Tampilan plasma diciptakan di Universitas Illinois oleh Donald L. Bitzer dan H. Gene Slottow pada 1964 untuk Sistem Komputer PLATO. Panel monochrome orisinal (biasanya oranye atau hijau) menikmati penggunaan yang bertambah pada awal 1970-an karena tampilan ini kuat dan tidak membutuhkan sirkuit memori dan penyegaran. Namun diikuti oleh kurangnya penjualan yang dikarenakan perkembangan semikonduktor memori membuat tampilan CRT sangat murah pada akhir 1970-an. Dimulai dari dissertasi PhD Larry Weber dari Universitas Illinois pada 1975 yang berhasil membuat tampilan plasma berwarna, dan akhirnya berhasil mencapai tujuan tersebut pada 1995. Sekarang ini sangat terangnya dan sudut pandang lebar dari panel berwarna plamsa telah menyebabkan tampilan ini kembali mendapatkan kepopulerannya.

Plasma Panel
Plasma panel dibuat dengan mengisi ruangan antara pelat kaca dengan gas, biasanya gas neon. Satu set konduktor ditempatkan vertikal pada pelat pertama dan yang lainnya ditempatkan horizontal pada pelat kedua. Tegangan antara kedua pelat tersebut disebabkan oleh gas neon diantaranya. Definisi gambar disimpan dalam refresh buffer, dan tegangan menyebabkan refreshing pixel pada posisinya sebanyak 60 kali tiap detik


Gambar 1. Plasma Monitor



Plasma Display
Seperti halnya LCD, Plasma Display Panel (PDP) juga menggunakan kisi-kisi elektroda untuk mengaktifkan setiap elemen gambar. PDP bekerja berdasarkan prinsip yang dikenal dengan tabung lampu TL: Melewatkan tegangan tinggi ke gas bertekanan rendah akan  menghasilkan cahaya. PDP bersifat emisif dan menggunakan phosphor-seperiti CRT-sehingga  memiliki sudut pandang yang sangat bagus dan menampilkan warna yang sempurna. Cara kerjanya juga persis seperti lampu fluorecent (TL), di mana setiap pixel ekuivalen dengan satu bola lampu berwarna. Gas, misalnya Xenon, yang ditempatkan dalam sel kecil diubah menjadi plasma oleh muatan listrik yang diberikan padanya. Gas bermuatan listrik ini akan memancarkan sinar ultraviolet yang kemudian mengenai phosphor dan memancarkan cahaya RGB.

Gambar 2. Lampu plasma yang menampilkan beberapa fenomena plasma yang lebih rumit, termasuk filamentasi


Layar plasma konvensional memiliki kelemahan dalam hal kekontrasan gambar. Ini karena diperlukannya proses priming atau pemanasan dengan memberikan tegangan rendah setiap pixel, mempersiapkan setiap sel agar siap “menembak”. Tanpa proses priming ini, sel plasma akan sangat lambat bereaksi, mirip lampu TL dirumah sehingga tidak dapat dipakai dengan nyaman. Efek sampingnya, setiap pixel akan selalu memancarkan sedikit cahaya meskipun dalam keadaan “mati” sehingga mengurangi kontras gambar. Fijitsu telah berhasil memecahkan masalah ini dengan teknologi driver baru yang meningkat rasio kontras dari 70:1 menjadi 400:1.
Proses pembuatannya lebih sederhana dibandingkan LCD dan harganya tidak jauh dari SRT dengan ukuran yang sama. Namun demikian, dengan masa pakai display sekitar 10.000 jam, penerapannya sebagai sarana tampilan untuk PC menjadi kurang dipertimbangkan. Untuk presentasi diruangan luas hal ini bukan masalah, tetapi untuk monitor multiguna pada PC lain lagi.
Kelemahan utama dari layar plasma adalah ukuran pixelnya. Saat ini para produsen belum mendapat bayangan bagaimana caranya memperkecil ukuran pixel dibawah 0,3 mm.




Teknologi Layar Plasma
Dalam prinsipnya, layar plasma tersusun atas dua lembar kaca. Di antara keduanya diisi ribuan sel, yang ratusan di antaranya berisi gas xenon dan neon. Dua jenis elektroda panjang, address electrode dan transparent display electrode, direntangkan di antara lempengan kaca tersebut. Saat layar plasma dihidupkan, elektroda-elektroda yang saling berpotongan di atas sel itu diberi muatan listrik oleh komputer layar untuk mengionisasi gas dalam sel. Ini berlangsung ribuan kali dalam sepersekian detik. Arus listrik pun melewati gas di dalam sel dan menghasilkan aliran partikel bermuatan listrik yang cepat, yang merangsang atom gas tersebut melepaskan foton ultraviolet.
Kemudian, foton ultraviolet berinteraksi dengan fosfor yang akhirnya melepaskan energi di dalam bentuk sinar foton yang jelas. Setiap pixel tersusun atas tiga sel sub pixel yang terpisah, masing-masing dengan fosfor yang berbeda warna, yaitu; merah, hijau, biru yang akan bercampur menghasilkan warna pixel.
Untuk menyeragamkan kekuatan arus listrik yang mengalir melalui sel berbeda, sistem kontrolnya akan menambah atau mengurangi intensitas warna setiap sub pixel. Hal ini untuk menghasilkan ratusan kombinasi merah, hijau, dan biru yang berbeda. Dengan cara ini, sistem kontrol dapat menghasilkan warna dalam spektrum luas, sekira ada 16,77 juta warna bisa dihasilkan sebuah layar plasma. Inilah yang membuat tampilan gambar plasma sangat tajam dan jelas.

Resolusi tinggi
Selain itu, tv layar plasma memiliki resolusi lebih tinggi ketimbang layar tv konvensional. Kebanyakan mampu menampilkan siaran HDTV (high definition television) dan non HDTV, serta bingkainya (baca; layar plasma) pun mampu menghasilkan sinyal gambar XGA, SVGA, dan VGA untuk sebuah komputer.
Layar plasma pun memungkinkan kita menonton film dari VCD/DVD dalam format layar lebar, seperti terlihat di layar bioskop. Pasalnya, layar plasma dibuat dengan rasio 16 : 9 (lebar : tinggi). Permukaan layarnya betul-betul datar sehingga menghilangkan distorsi gambar di bagian sudut seperti biasa terjadi pada layar CRT (catode ray tube) cembung.
Apabila materi yang ditonton tidak dalam format layar lebar pun tidaklah menjadi masalah. Layar plasma akan merentangkan itu untuk mengisi penuh layar (baca; walaupun terkadang membuat gambar jadi melebar) atau memperbesar gambar untuk membatasi perentangan gambar.
Bahkan, beberapa merek layar plasma dapat ditonton secara vertikal. Dengan demikian, layar plasma disertai perangkat lunak (software) komputer. Dengan software tersebut, sekira 40% gambar bagian tengah akan ditampilkan di layar secara vertikal. Sebagian lainnya, yang berada di kiri dan kanan, tidak ditampilkan di layar.
Keistimewaan lain dari teknologi layar plasma ini adalah bahwa layar plasma tidak menghasilkan medan magnet seperti layar berteknologi CRT. Masalahnya, tidak ada tembakan elektron dalam menghasilkan gambar. Speaker, yang bermedan magnet kuat dan dapat mendistorsi gambar TV CRT pun membuat gambar pada layar plasma mengalami distorsi. Inilah sebenarnya kunci keunggulan dari teknologi layar plasma.
Beragam ukuran layar plasma sangat banyak, dari 30, 35, 42, 43, 50, 60, hingga 63 inci. Ukuran yang paling banyak dipilih biasanya adalah 42 inci. Sebab, layar seukuran ini sangatlah sesuai untuk ruangan seluas sekira 20 m2. Adapun sebagai panduan, bila ruangan kita memungkinkan untuk menonton dari jarak 2 - 3,5 m pilihlah layar antara 35 - 4 m, ukuran optimal layar plasma 42 atau 43 inci. Bila ruangannya memungkinkan untuk menonton pada jarak 4 - 5 m, sebaiknya layar plasmanya berukuran 50 inci. Jika jarak nontonnya lebih dari 5 m, pilihlah layar plasma 60 atau 63 inci.

No comments:

Post a Comment

Silakan masukkan komentar Anda untuk perkembangan blog ini.