03 May 2017

Struktur Kalimat Bahasa Sunda

Bentuk Kecap (kata)
Kecap (kata) yaitu morfem bebas yang berdiri serta mempunyai arti walaupun tidak dikaitkan dengan morfem lainnya. Menurut bentuknya, kecap dalam bahasa Sunda dibagi menjadi enam golongan, yaitu :
a. Kecap asal
b. Kecap Rajekan
c. Kecap Rundayan
d. Kecap Kantetan

Kecap Asal
Kecap asal disebut juga bangun asal, yaitu kecap dasar (kata dasar) yang bukan berupa hasil proses morfologis [4]. Proses morfologis bahasa Sunda yaitu proses yang menghasilkan kata jadian (kecap turunan) dengan cara :
1.  Ngararangkenan, yang hasilnya disebut dengan kecap rundayan.
2.  Ngarajek, yang hasilnya disebut dengan kecap rajekan.
3.  Ngantetkeun, yang hasilnya disebut dengan kecap kantetan.
Misalnya, kata daharyang merupakan kata dasar. setelah mengalami proses morfologi dengan cara memberikan imbuhan (ngararangken) dengan akhiran -eunmenjadi dahareun.

Kecap Rundayan
Kecap rundayan merupakan kata dasar yang telah diberi imbuhan. Imbuhan (rarangken) dalam bahasa Sunda ada empat jenis, yaitu rarangken hareup (afiks / awalan), rarangken tengah (infiks / sisipan), rarangken tukang (sufiks / akhiran), dan rarangken barung (konfiks) [4].
a. Afiks atau awalan (rarangken hareup)
Awalan (rarangken hareup) yaitu imbuhan yang disisipkan di depan kata dasar. Awalan (rarangken hareup) dalam bahasa Sunda, yaitu ba-, barang-, di-, ka-, N-, pa-, pada-, pang-, para-, per-, pi-, sa-, sang-, si-, silih/sili-, ti-, dan ting/pating-.  
b. Infiks / sisipan (rarangken tengah)
Sisipan (rarangken tengah) yaitu imbuhan yang disisipkan di tengah kata dasar. Awalan (rarangken hareup) dalam bahasa Sunda ada tiga, yaitu -ar-, -um-, dan -in-.
c. Sufiks / akhiran (rarangken tukang)
Akhiran (rarangken tukang) yaitu imbuhan yang disisipkan di akhir kata dasar. Akhiran (rarangken tukang) dalam bahasa Sunda, yaitu -an, -eun, -ing/ning, -keun dan -na.
d. Konfiks (rarangken barung)
Konfiks (rarangken barung) yaitu imbuhan yang disisipkan di awal dan akhir secara bersamaan pada kata dasar. Konfiks (rarangken barung) dalam bahasa Sunda, yaitu ka--an, pa--an, pang--keun, pi--eun, pika-, pika--eun, dan sa--eun.

Kecap Rajekan
Dalam ilmu bahasa, penyebutan dua kali atau kata dasar yang disebutkan dua kali atau lebih disebut pengulangan (ngarajek) dan hasilnya disebut kecap rajekan [4]. Contoh kecap rajekan yaitu kuda-kuda, imah-imah, bapa-bapa. Kata atau kecap tersebut termasuk ke dalam kecap rajekan sagemblengna. Selain itu, ada pula kecap rajekan sabagian, baik bagian depan atau bagian tengah. Contohnya tatajong, babagi, sababaraha.
Jenis kecap rajekan, diantaranya :
a. Kecap Rajekan Dwipurwa, yaitu kecap rajekan yang dibentuk dengan cara menyebutkan dua kali suku kata pertama kata dasarnya (dwi = dua, purwa = pertama). Contohnya : kokolot, pait.
b. Kecap Rajekan Dwimadya (dwi = dua, madya = tengah), yaitu kecap rajekan yang dibentuk dengan cara menyebutkan dua kali suku kata ditengah kata dasar. Contohnya : sababaraha.
c. Kecap Rajekan Dwimurni (dwi = dua, murni = asli), yaitu kecap rajekan yang dibangun dengan cara menyebutkan dua kali bentuk dasar. Contohnya : buku-buku, kuda-kuda.
d. Kecap Rajekan Dwireksa (dwi = dua, reka = rupa), yaitu kecap rajekan yang dibentuk dengan cara menyebutkan dua kali bentuk dasarnya dimana salah satunya berubah bunyi. Contohnya : bulak-balik.
e. Kecap Rajekan Trilingga (tri = tiga, lingga = tanda, tugu), yaitu kecap rajekan yang dibentuk dengan cara menyebutkan tiga kali bentuk dasarnya dan bunyinya berubah. Biasanya bentuk dasarnya berupa kecap anteuran atau tiruan suara. Contohnya : dar-der-dor.
f. Kecap Rajekan Binarung Rarangken, yaitu kecap rajekan yang dibentuk dengan cara menyebutkan dua kali atau lebih bentuk dasarnya dengan menambahkan imbuhan. Contohnya : saalus-alus, patarik-tarik.

Kecap Kantetan
Kecap kantetan yaitu kecap yang dibentuk dengan cara menggabungkan kecap dengan kecap, kecap dengan cakal, atau cakal dengan cakal [4]. Di bawah ini beberapa contoh mengenai kecap kantetan, yaitu :
1) Kantetan kecap dengan kecap, contohnya : hejo tihang, panon poe.
2) Kantetan kecap dengan cakal, contohnya : kurang ajar, kagok asong.
3) Kantetan cakal dengan cakal, contohnya : adug lajer, huleng jentul.
4) Kantetan kecap dengan morfem unik, contonya : sabar darana, keukeuh peuteukeuh.
5) Kantetan yang susunan unsur pembentuknya tidak seluruhnya produktif, contohnya : burusut tuluy.

Sumber :
Budi Rahayu Tamsyah. (2001), Galuring Basa Sunda, Pustaka Setia. Bandung.

1 comment:

Silakan masukkan komentar Anda untuk perkembangan blog ini.